Cerpen
CERPEN IDAMAN
Rabu, 03 Januari 2018
Sabtu, 25 April 2015
VARIASI BAHASA JAWA DI DAERAH BLITAR DENGAN SURABAYA
MAKALAH PENELITIAN
FONOLOGI
VARIASI BAHASA JAWA DI DAERAH BLITAR DENGAN SURABAYA
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Yang Dibina Oleh
Nanda Awallil Fitri, S.Pd., M.Pd.
Disusun Oleh:
Amalia Anggi Trina (130621100127)
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA “C”
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
TRUNOJOYO MADURA
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh
anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri. Bahasa sebagai salah satu alat komunikasi yang
digunakan seorang kelompok untuk mengetahui maksud dan di pahami oleh
masyarakat tutur. Bahasa mempunyai dua aspek mendasar, yaitu bentuk,
baik bunyi, tulisan maupun strukturnya, dan makna, baik leksial maupun
fungsional dan struktural. Jika kita memperhatikan bahasa dengan terperinci dan
teliti, kita akan melihat bahwa bahasa itu dalam bentuk dan maknanya
menunjukkan perbedaan-perbedaan kecil atau besar antara pengungkapan satu
dengan pengungkapan yang lain, lalu kita akan mendengarkan
perbedaan-perbedaannya. Variasi adalah suatu perwujudan pernyataan pendapat, baik bersyarat maupun tidak
bersyarat.
Variasi bahasa menurut Aslindgaf (dalam Rachmadc, 2007:17) adalah
bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola
umum bahasa induksinya. Variasi bahasa
disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat
atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang
tidak homogen. Seperti halnya yang kita ketahui di
sekitar kita, setiap daerah hampir seluruhnya mempunyai bahasa daerahnya
sendiri-sendiri atau bisa dikatakan meskipun istilahnya bahasa Jawa akan tetapi
bahasa Jawa sendiri masih banyak macamnya yang dipergunakan disetiap daerah.
Mengenai variasi
bahasa ditinjau dari penutur atau kelompok tutur variasi bahasa berdasarkan
kelompok ini kategori; (1) Idiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang
bersifat perseorangan. Setiap orang memiliki khas bahasa masing-masing. Ragam
atau ragam bahasa adalah variasi bahasa yang di gunakan dalam situasi, keadaan,
atau keperluan tertentu. Untuk situasi formal digunakan bahasa yang disebut
bahasa baku. (2) Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok
anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu. Misalnya, kita di
Indonesia mengenal adanya bahasa Jawa dialek Banyumas, bahasa Jawa dialek
surabaya, bahasa Jawa dialek tegal, bahasa Jawa dialek Blitar dan sebagainya. (3)
Kronolek, (4) Sosiolek, (5) Etnolek, (6) Ekolek, (7) Akrolek, (8) Mesolek, (9) Basilek,
dan (10) Vulgar.
Dari beberapa
uraian diatas, dalam makalah ini akan membahas berbagai macam variasi bahasa
yang ditinjau dari penutur atau kelompok tutur bahasa Jawa yang memiliki banyak
dialek. Khususnya bahasa Jawa dialek Surabaya dengan bahasa Jawa dialek Blitar
serta faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya ragam variasi bahasa itu
sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan
pembahasan masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut;
1)
Apa yang yang dimaksud dengan variasi bahasa?
2)
Bagaimana bentuk variasi bahasa Jawa
dialek Surabaya dan Blitar?
3)
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi
variasi bahasa Jawa?
1.3 Tujuan
Sesuai dengan perumusan masalah di
atas, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut;
1) Untuk
mengetahui dan memahami apa yang dimaksud variasi bahasa.
2) Untuk
mengetahui dan memahami bentuk variasi bahasa Jawa di daearah Surabaya dengan
Blitar.
3) Mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi variasi bahasa Jawa, khususnya dialek bahasa
Jawa Blitar dengan bahasa Jawa dialek Surabaya.
1.4 Manfaat
Beberapa manfaat dari penulisan
makalah ini adalah;
1) Dapat
dijadikan sebagai acuan dalam berkomunikasi.
2) Dapat
menggunakan berbagai macam variasi dialek bahasa sesuai konteksnya.
3) Dapat
memahami pengertian variasi bahasa.
4) Dapat
membedakan bentuk variasi dialek bahasa Jawa yang beraneka ragam.
5) Dapat
dijadikan sebagai kajian belajar dalam meningkatkan prestasi diri pada khusunya
pengetahuan pada umumnya.
1.5 Landasan Operasional
1) Variasi
adalah suatu
perwujudan pernyataan pendapat, baik bersyarat maupun tidak bersyarat.
2) Bahasa
adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang
digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri.
3) Bahasa
Jawa adalah bahasa daerah yang digunakan oleh penduduk Jawa di Jawa Tengah,
Yogyakarta, dan Jawa Timur. Selain itu bahasa Jawa juga digunakan oleh penduduk
yang tinggal di beberapa daerah lain seperti Banten, terutama kota Serang,
kabupaten Serang kota Cilegon, kabupaten Tangerang, Jawa Barat khususnya
kawasan pantai utara, Karawang, Subang, Indramayu, kota Cirebon dan Kabupaten
Cirebon.
4) Surabaya
adalah ibukota propinsi Jawa Timur, Indonesia. Surabaya merupakan kota terbesar
kedua di Indonesia setelah Jakarta. Surabaya dikenal dengan sebutan kota
Pahlawan karena sejarahnya yang sangat diperhitungkan dalam merebut kemerdekaan
Indonesia.
5) Blitar
merupakan salah satu daerah di wilayah propinsi Jawa Timur yang secara
geografis terletak di sisi selatan Jawa Timur dengan ketinggian 167 m diatas
permukaan laut. Blitar dibagi dalam dua wilayah administratif yakni Kota dan
Kabupaten.
BAB II
LANDASAN
TEORI DAN METODE PENELITIAN
2.1 LANDASAN TEORI
2.1.1 Sosiolingustik
Sosiolinguistik
merupakan ilmu disiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu
empiris yang mempunyai kaitan yang sangat erat. Sosiologi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang kegiatan sosial ataupun gejala sosial dalam suatu
masyarakat. Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau
bidang ilmu yang mengambil objek bahasa sebagai objek kajiannya.
Sosiolinguistik merupakan ilmu yang mempelajari ciri dan berbagai variasi
bahasa, serta hubungan diantara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi
bahasa itu didalam suatu masyarakat bahasa.
2.1.2 Variasi Bahasa
Menurut
Aslindgaf (dalam Rachmad, 2007:17) pengertian variasi
bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing
memiliki pola umum bahasa induksinya.
Menurut
Chaer dan Agustina (dalam Rachmad, 2013) bahwa pengertian variasi bahasa
merupakan keragaman atau perbedaan dalam pemakaian bahasa. Variasi Bahasa
disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat
atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang
tidak homogen. Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi
itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan
keragaman fungsi bahasa itu. Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat
dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa
itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan
masyarakat yang beraneka ragam.
2.1.3
Jenis-jenis
Variasi Bahasa
Menurut Depdiknas (dalam Baharudin,
2008:1131,116) ragam bahasa atau jenis-jenis ditinjau dari sudut pandang
penutur, dapat diperinci lagi menurut patokan daerah, pendidikan, dan jenis
penutur. Sedangkan ragam bahasa menurut jenis pemakaiannya dapat diperinci
menjadi tiga bagian, yaitu: ragam dari sudut pandang bidang atau pokok
persoalan, ragam menurut sarananya, dan ragam yang mengalami percampuran.
Chaer dan Leonie Agustina (dalam
Baharudin, 2004: 62) membagi variasi bahasa dari berbagai segi, yaitu:
1) Dari
Segi Penutur
Berdasarkan penutur berarti, siapa
yang menggunakan bahasa itu, apa jenis kelaminya, dan kapan bahasa itu
digunakan. Variasi dari segi penutur terdapat variasi yang disebut:
a)
Idiolek, yakni variasi bahasa yang
bersifat perseorangan.
b)
Dialek, yakni variasi bahasa dari
sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat,
wilayah, atau area tertentu.
c)
Kronolek atau dialek temporal, yakni
variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok sosial pada masa tertentu.
d)
Sosiolek atau dialek sosial, yakni
variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan dan kelas sosial para
penutur.
2) Dari
Segi Pemakaian
Variasi dari segi pemakaian atau
penggunaanya berarti bahasa itu digunakan untuk apa, dalam bidang apa, dan
bagaimanakah status keformalanya. Variasi bahasa berdasarkan penggunaannya,
pemakaiannya atau fungsinya disebut fungsiolek, ragam atau register. Variasi
bahasa berdasarkan bidang pemakaiannya menyangkut bahasa itu digunakan untuk
keperluan atau bidang apa, sehingga muncul beberapa ragam bahasa seperti
varisai bahasa atau ragam bahasa sastra, ragam bahasa jurnalistik, ragam bahasa
militer, ragam bahasa ilmiah, dan ragam bahasa niaga atau perdagangan.
3) Dari
Segi Keformalan
Berdasarkan tingkat keformalan
terbagi menjadi: Ragam baku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang
digunakan dalam situasi-situasi khidmat, dan upacara-upacara resmi.
a)
Ragam resmi atau formal, ragam bahasa
yang digunakan dalam situasi resmi, dan tidak menggunakan dalam situasi non
formal. ragam ini pada dasarnya sama dengan ragam bahasa resmi atau standar.
b)
Ragam usaha atau ragam konsultatif,
wujud ragam usaha ini berada diantara ragam formal, dan ragam informal atau
santai.
c)
Ragam akrab atau ragam intim, adalah
variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur yang hubunganya sudah
akrab. Ragam ini ditandai dengan penggunaan bahasa yang tidak lengkap, pendek,
dan artikulasi yang seringkali tidak jelas.
d)
Ragam santai atau ragam kasual, adalah
variasi bahasa yang digunakan dalam situasi non formal, misal; untuk
berbincang-bincang dengan keluarga atau sobat karib.
4) Dari
Segi Sarana
a)
Ragam lisan, menyampaikan informasi
secara lisan dapat dibantu dengan nada suara, dan ekspresi anggota tubuh.
b)
Ragam tulisan, dalam bahasa tulis
menaruh perhatian agar kalimat-kalimat yang disusun bisa di pahami pembaca.
Dengan
demikian ragam bahasa ditentukan oleh faktor waktu, faktor penutur, faktor
sosiokultural, faktor topik pembicaraan, faktor keformalan, faktor sarana
(medium).
2.1.4
Dialek
Dialek
menurut Abdul Chaer (2007:55) adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok
anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu. Misalnya, kita di
Indonesia mengenal adanya bahasa Jawa dialek Banyumas, bahasa Jawa dialek
surabaya, bahasa Jawa dialek tegal, bahasa Jawa dialek Blitar dan sebagainya.
Variasi bahasa berdasarkan tempat lazim disebut dengan nama dialek regional,
dialek areal, atau dialek geografis. Variasi bahasa yang digunakan pada masa
tertentu, misalnya bahasa Indonesia zaman Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi
disebut dialek temporal atau kronolog. Sedangkan variasi bahasa yang digunakan
sekelompok anggoto masyarakat dengan status sosial tertentu disebut dialek
sosial atau sosiolek.
2.1.5
Bahasa
Jawa
Bahasa
Jawa termasuk rumpun bahasa Austronesia. Rumpun bahasa Austronesia terbagi menjadi dua yaitu sebelah barat dan timur.
Bahasa Jawa termasuk dalam rumpun
bahasa Austronesia sebelah barat bersamaan dengan bahasa Indonesia (Melayu), Sunda, Bali, Madura, Bugis,
bahasa-bahasa di Sulawesi dan di
kepulauan Filipina. Bahasa Jawa
sedikit berbeda dengan bahasa lain dikarenakan bahasa Jawa memiliki tingkat tutur. Hal ini juga yang melandasi mengapa bahasa
Jawa tidak menjadi bahasa nasional
di Indonesia meskipun jumlah penuturnya paling banyak dari pada bahasa daerah lain yang ada di Indonesia. Tingkat
tutur adalah variasi bahasa yang
perbedaannya ditentukan oleh sikap pembicara kepada mitra bicara atau orang ketiga yang dibicarakan. Wedhawati (dalam
Larasati, 2006:10).
Yang melandasi tingkat tutur dalam bahasa Jawa yaitu perbedaan umur,
derajat tingkat sosial dan jarak
keakraban antara pembicara dengan mitra bicara. Dulu, pembagian tingkat tutur sangat rumit dan rinci dalam
penggunaannya. Beberapa tingkat
tutur bahasa Jawa yaitu ngoko, madya, krama, krama inggil, krama-desa, kedhaton, kramantara, dan masih banyak
lagi. Namun beberapa tahun terakhir tingkat
tutur bahasa Jawa diringkas menjadi dua macam yaitu ngoko dan krama. Keduanya kemudian dibagi lagi dalam
bentuk lugu dan alus. Jumlah penutur
yang banyak dan wilayah persebaran yang luas mengakibatkan bahasa Jawa mengalami perubahan. Perubahan tersebut merupakan variasi pemakaian yang
dilakukan oleh para penutur yang biasa disebut
dengan dialek.
2.1.6
Bahasa
Jawa Dialek Surabaya
Surabaya
adalah ibukota propinsi Jawa Timur, Indonesia. Surabaya merupakan kota terbesar
kedua di Indonesia setelah Jakarta. Surabaya dikenal dengan sebutan kota
Pahlawan karena sejarahnya yang sangat diperhitungkan dalam merebut kemerdekaan
Indonesia. Bahasa Jawa Dialek Surabaya merupakan salah satu jenis variasi
dialek Jawa Timur. Bahasa Jawa dialek Surabaya banyak digunakan di Kota
Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo.
Dialek Surabaya terkenal dengan
kekasarannya dan keterus-terangannya. Karena penduduk surabaya mengganggap diri
mereka berbeda dengan masyarakat Jawa pada umumnya yang masih harus basa-basi
untuk menyampaikan sesuatu. Orang surabaya berterus terang dan apa adanya
melalui bahasa yang digunakan.
2.1.7
Bahasa
Jawa dialek Blitar
Blitar merupakan salah satu daerah
di wilayah propinsi Jawa Timur yang secara geografis terletak di sisi selatan
Jawa Timur dengan ketinggian 167 m diatas permukaan laut. Blitar dibagi dalam
dua wilayah administratif yakni Kota dan Kabupaten. Bahasa Jawa Dialek Blitar
merupakan salah satu jenis variasi dialek Jawa Timur. Bahasa Jawa dialek Blitar
banyak digunakan oleh penduduk kota Blitar. Bahasa Jawa dialek Blitar memiliki
kemiripan dengan dialek Kediri dan dialek Jombang, mungkin hanya beberapa
kosakata yang berbeda.
Bahasa Jawa dialek Blitar terkenal
dengan kehalusan tutur katanya dan masih harus basa-basi untuk menyampaikan keinginannya.
Karena, banyak yang beranggapan malu itu adalah tanda kesopanan. Pada umumnya
dalam kehidupan sehari-harinya, masyarakat Jawa akan mengajarkan nilai-nilai
santun dalam berbuat apa saja, termasuk
makan, minum, berkelakuan, dan berbahasa. Orang Jawa juga sangat menghormati
yang lebih tua sehingga pemakaian bahasapun memakai kaidah. Dan pada masyarakat
Blitar masih perpegang teguh dengan kaidah bahasa Jawa yang diterapkan dalam
Bahasa Jawa dialek Blitar.
2.2 METODE PENELITIAN
2.2.1 Metode Penelitian
Metode
penelitian adalah petunjuk yang memberi arah dan corak penelitian, sehingga
dengan metode yang tepat suatu penelitian akan memperoleh hasil yang maksimal.
2.2.2 Pendekatan
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, istilah pendekatan berarti proses, perbuatan, cara
mendekati usaha dalam rangka aktifitas penelitian untuk mengadakan hubungan
dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk mencapai pengertian tertentu
masalah penelitian.
2.2.3 Objek Penelitian
Objek dalam
penelitian ini adalah variasi bahasa Jawa dialek Surabaya dengan bahasa Jawa
dialek Blitar. Jadi objek ini menitikberatkan perbedaan dialek Bahasa Jawa yang
di penggunaan oleh masyarakat daerah Surabaya dan Blitar untuk berkomunikasi
setiap hari.
2.2.4 Sumber Data
Sumber data
yang digunakan penulis dalam mencari atau mengumpulkan data ini
menggunakan metode kepustakaan. Dimana metode ini pengumpulan data dengan cara
mengkaji dan menelaah data yang bersumber dari internet. Dan beberapa wawancara
dengan beberapa orang asli Blitar dan Surabaya.
2.2.5 Teknik
Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka, yaitu pengumpulan
data yang menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Dan
wawancara dengan beberapa orang asli Blitar dan Surabaya.
2.2.6 Teknik
Pengolahan Data
Penelitian
ini menggunakan beberapa tahap teknik pengolahan data. Tahap-tahap tersebut
adalah sebagai berikut.
a)
Tahap Deskriptif
Yaitu
seluruh data yang diperoleh dihubungkan dengan permasalahan kemudian dilakukan
tahap pendeskripsian dan pengidentifisian.
b)
Tahap Klasifikasi
Yaitu
mengklasifikasikan data yang telah dideskripsikan sesuai dengan permasalahan
masing-masing.
c)
Tahap Analisis
Yaitu
mengadakan analisis terhadap data yang telah diklasifikasikan menurut
kelompoknya masing-masing berdasarkan teori yang relevan dengan penelitian.
d)
Tahap Interpretasi
Yaitu menafsirkan hasil analisis data untuk
memperoleh pemahaman yang sesuai dengan tujuan penelitian.
e)
Tahap Evaluasi
Yaitu
tahap pengecekan terhadap hasil analisis data untuk meneliti kebenarannya, sehingga
dapat memberikan hasil yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan
2.2.7 Teknik
Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan
dalam penelitian ini diperoleh dari data-data yang telah di olah dan dianalisis
pada tahap sebelumnya. Dalam tahap ini digunakan teknik penarikan kesimpulan
induktif, yaitu teknik penarikan kesimpulan yang melihat permasalahan dari data
yang bersifat khusus untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat umum.
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1
Variasi Bahasa
Variasi Bahasa disebabkan
oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau
kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak
homogen.
Sedangkan
mengenai variasi bahasa ditinjau dari penutur atau kelompok tutur variasi bahasa
berdasarkan kelompok ini di kategorikan beberapa macam salah satunya yaitu
dialek. Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota
masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu. Misalnya, kita di Indonesia
mengenal adanya bahasa Jawa dialek Banyumas, bahasa Jawa dialek surabaya,
bahasa Jawa dialek tegal, bahasa Jawa dialek Blitar dan sebagainya.
3.2
Variasi Bahasa Jawa Dialek Surabaya dan Dialek Blitar
Dialek Surabaya dan dialek Blitar
merupakan salah satu jenis variasi dialek Jawa Timur. Bahasa Jawa dialek
Surabaya banyak digunakan di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo. Sedangkan
Dialek Bahasa Jawa Blitar banyak digunakan di daerah Kabupaten Blitar,
Kabupaten Kediri dan kabupaten Jombang, meskipun sedikit berbeda tipis.
Bahasa Jawa dialek Surabaya
memiliki perbedaan yang mencolok apabila dibandingkan dengan bahasa Jawa dialek
Blitar meskipun sama-sama dialek Jawa Timuran. Perbedaan yang terlihat tidak
hanya pada segi fonetis namun juga ada beberapa kosakata yang berbeda dalam penamaan
sebuah benda atau keadaan.
Dialek Surabaya terkenal dengan
kekasarannya dan keterus-terangannya. Karena penduduk surabaya mengganggap diri
mereka berbeda dengan masyarakat Jawa pada umumnya yang masih harus basa-basi
untuk menyampaikan sesuatu. Orang surabaya berterus terang dan apa adanya
melalui bahasa yang digunakan. Sedangkan dialek Bahasa Jawa Blitar terkenal
dengan kehalusan tutur katanya dan masih harus basa-basi untuk menyampaikan
keinginannya. Karena, banyak yang beranggapan malu itu adalah tanda kesopanan.
Pada umumnya dalam kehidupan sehari-harinya, masyarakat Jawa akan mengajarkan
nilai-nilai santun dalam berbuat apa
saja, termasuk makan, minum, berkelakuan, dan berbahasa. Orang Jawa juga sangat
menghormati yang lebih tua sehingga pemakaian bahasapun memakai kaidah. Dan
pada masyarakat Blitar masih perpegang teguh dengan kaidah bahasa Jawa yang
diterapkan dalam Bahasa Jawa dialek Blitar.
Dialek Surabaya memiliki tutur kata
yang lebih kasar di bandingkan Dialek Blitar. Berikut beberapa contoh
bahasa Jawa dialek Surabaya dan Bahasa Jawa
dialek Blitar dengan perbedaan kosa
kata dalam penamaan sebuah benda ataupun keadaan.
|
|
KOSAKATA
|
|
|
No
|
Bahasa
Indonesia
|
Bahasa
Jawa Dialek Surabaya
|
Bahasa
Jawa Dialek Blitar
|
|
1
|
Apa
|
Lapo
|
Nyapo
|
|
2
|
Kamu
|
Kon
|
Awakmu
|
|
3
|
Bagaimana
|
Ke’opo
|
Piye
|
|
4
|
Mengerti
|
Weruh
|
Eruh
|
|
5
|
Melihat
|
Nontok
|
Ndelok
|
|
6
|
Bukan
|
Duduk
|
Uduk
|
|
7
|
Sisir
|
Suri
|
Jungkas
|
|
8
|
Koci-koci
|
Lemet
|
Mendut
|
|
9
|
Kesini
|
Mrene
|
Rene
|
|
10
|
Lapar
|
Lesu
|
Luwe
|
|
Bahasa Jawa dialek Surabaya dengan
dialek Blitar tidak hanya memiliki perbedaan yang terlihat pada segi fonetis dan
kosakata yang berbeda dalam penamaan sebuah benda atau keadaan. Tetapi, dalam
bahasa Jawa dialek Surabaya dengan dialek Blitar memiliki juga beberapa
kesamaan kosakata nama benda ataupun keadaan.
No
|
KOSAKATA
|
||
Bahasa
Indonesia
|
Bahasa
Jawa Dialek Surabaya
|
Bahasa
Jawa Dialek Blitar
|
|
1
|
Makan
|
Mangan
|
Mangan
|
2
|
Tidur
|
Turu
|
Turu
|
3
|
Mandi
|
Adus
|
Adus
|
4
|
Meja
|
Mejo
|
Mejo
|
5
|
Kamar mandi
|
Jeding
|
Jeding
|
Meskipun kosakatanya sama terkadang
cara pengucapan dialek Surabaya dengan dialek Blitar berbeda. Seperti, kata
“jeding” pengucapan orang Surabaya tidak berbeda dengan tulisannya “jeding”
tetapi, orang Blitar mengucapkan dengan kata “njending” seperti ada “n” zero di
depan huruf “j”.
3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Variasi Bahasa
Pada pemakaiannya di
kehidupan sehari-hari, bahasa menumbuhkan banyak varian yaitu varian menurut
pemakai yang disebut sebagai dialek. Faktor-faktor variasi
bahasa yang sering terjadi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain;
1)
Kondisi geografis
Terjadinya variasi bahasa sangat
dipengaruhi oleh adanya kondisi geografis karena Indonesia letak Negara
Indonesia yang memiliki banyak pulau yang berbeda-beda suku.
2)
Kondisi sosial lingkungan,
Kondisi sosial lingkungan akan mempengaruhi
keragaman bahasa, baik lisan maupun tulisan. Contoh yang umum, saat sedang
berada dalam suatu forum resmi struktur bahasa yang digunakan merupakan
struktur bahasa yang baku. Namun, di luar forum struktur bahasanya tidak
terlalu baku.
3)
Tingkat pendidikan dan profesi,
Tingkat pendidikan dan profisi merupakan
faktor yang banyak mempengaruhi ragam bahasa yang digunakan. Karena seseorang dengan
tingkat pendidikan yang lebih tinggi, akan membedakan pemilihan kata serta
struktur bahasa dalam penggunaan bahasa. Penutur juga akan membedakan kosakata serta istilah yang digunakan menurut
profesi yang digeluti. Seperti bahasa
yang digunakan seorang guru akan berbeda ketika berinteraksi dengan sesama guru
dan berinteraksi dengan muridnya atau tukang kebun.
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Simpulan
Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan
interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat
beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen.
Bahasa Jawa dialek Surabaya dengan
bahasa Jawa dialek Blitar memiliki perbedaan yang mencolok apabila di
bandingkan meskipun sama-sama dialek Jawa Timuran. Perbedaan yang terlihat
tidak hanya pada segi fonetis namun juga ada beberapa kosakata yang berbeda
dalam penamaan sebuah benda atau keadaan. Tetapi, antaran bahasa Jawa dialek
Surabaya dan dialek Blitar juga memiliki beberapa kesamaan. Seperti yang telah
di contohkan di atas.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi
terjadinya variasi bahasa yaitu;
1)
Kondisi geografis,
2)
Kondisi sosial lingkungan,
3)
Tingkat pendidikan dan profesi.
4.2
Saran
Seperti kata pepatah “tak ada gading yang tak
retak”. Apabila dalam penulisan makalah ini ada kesalahan, kami atas nama
penulis memohon untuk memberikan kritik, saran dan masukannya yang bersifat
membangun agar menuju kepada kesempurnaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Annonymous, 2011/03. Sosiolingustik Variasi Bahasa.
[online]. http://Rachmadc.blogspot.com/2011/03/sosiolingustik-variasi-bahasa.html
Annonymous, 2010/04.
Variasi Bahasa. [online]. http://Larasati-cadiva.blogspot.com/2010/04/variasi-bahasa.html
Annonymous, 2007/08. Variasi-variasi Dialek Bahasa
Jawa. [online]. http://asbahlingust.blogspot.com
Annonymous, 2008/09. Variasi-variasi Bahasa Jawa.
[online]. http://Pramoedya.Ananta.Toer.blogspot.com.html
Chaer, Abdul.2007.Lingustik Umum.
Jakarta: Rineka Cipta
Chaer, Abdul.2009.Psikolingustik.Jakarta:
Asdi Mahasatya
Langganan:
Postingan (Atom)